Monday, June 13, 2005

Kepanikan di Tengah Hari

13 Juni 2005 14.14

MET>> Halo Rey.. pa kabar? Gw menuju office kamue, ketemuan doank...

13 Juni 2005 14.19
RMS>> Bo, gue mau internal meeting neh…

13 Juni 2005 14.21
MET>> Mmhh sombong.. Only 5 mnt Rey.. gw mo liat lo, boleh?

RMS>> blank

13 Juni 2005 14.43
MET>> Rey, gue di lobi AC Nielsen neh.. Mo ketemu Pak Ishak, lo pura2 ke toilet geh

RMS>> blank



Tidak. Aku tidak akan lagi membalas sms-sms aneh itu.
Bukan. Aku bukan pelit (ya, walaupun mungkin pengiritan menjadi alasan utamaku...).
Aku hanya enggan. (Atau takut?)
Lagipula, kenapa aku harus menjawab?
Aku kan tidak berhutang apapun kepadanya.
Tidak ada janji-janji surga yang kuhembuskan kepadanya untuk akan menyambut setiap ajakan pertemuan dengannya.

Ya.
Aku takut.
Takut kalau kali ini ia benar-benar melanggar etika.
Takut kalau kali ini ia benar-benar akan mengganggu hubunganku.
Takut kalau kali ini ia mulai berani menunjukkan apa yang selalu selama ini dikatakannya kepadaku, (dalam canda ataupun serius), bahwa mungkin ia ada maksud denganku.

Ya.
Aku malas.
Malas berhubungan dengan orang yang tidak aku suka.
Malas berbasa-basi dengan orang yang tidak menyenangkan.
Malas berbincang-bincang ngalor ngidul pura-pura menikmati percakapan kami padahal sesungguhnya aku tidak sabar untuk apapun bentuk interupsi yang mungkin datang, dan saat interupsi itu datang aku akan berkata ”Sori nih, tapi gue harus buru-buru. Sori ya.”

Untung saja aku tidak harus dihadapkan pada hal ini setiap hari.


Tuhan, maafkan aku.
Bukan maksud hati aku memutuskan tali silaturahmi, apapun itu.
Tapi aku hanya tidak ingin menempuh hal ini sekarang.

Aku hanya ingin menikmati perjalananku.
Dan ia tidak masuk dalam agendaku.